Jakarta, 17/6 – Maraknya penyebaran konten negatif di ruang digital menjadi tantangan serius bagi masyarakat, khususnya generasi muda. Mulai dari hoaks, ujaran kebencian, pornografi, kekerasan, hingga tren-tren destruktif di media sosial, telah menimbulkan dampak yang mengkhawatirkan terhadap perilaku dan psikologis pengguna. Menyikapi fenomena ini, BAKTI Komdigi bersama Komisi I DPR RI menggelar webinar bertajuk “Waspada Konten Negatif: Membangun Ketahanan Komunikasi di Era Digital” pada Rabu (18/6).
Webinar ini menghadirkan Anggota Komisi I DRP RI Nurul Arifin, Ketua Dewan Pakar ISKI Yuliandre Darwis, dan pegiat media Dara Nasution yang menekankan pentingnya membangun budaya komunikasi yang kritis, etis, dan bertanggung jawab dalam menghadapi gempuran informasi digital yang tak terbendung. “Ruang digital kita saat ini sudah seperti jalan raya tanpa rambu. Konten negatif hadir setiap detik, dan tanpa ketahanan berpikir, siapa pun bisa tergelincir. Ini bukan hanya soal teknologi, ini soal komunikasi yang sehat,” tegas Nurul Arifin.
Menurutnya, banyak masyarakat terutama anak muda, masih cenderung reaktif terhadap konten, tidak melakukan verifikasi, dan mudah terbawa emosi. Dalam jangka panjang, hal ini dapat memperkuat polarisasi, memperburuk mental health, dan merusak kualitas dialog publik.
Dara Nasution menyoroti peran algoritma media sosial yang sering memperkuat echo chamber dan bubble informasi. “Yang kita lihat bukan kenyataan, tapi apa yang sistem pikir kita suka. Kalau kita hanya konsumsi konten negatif, maka itulah yang terus didorong ke layar kita,” ujarnya.
Yuliandre Darwis sebagai pakar komunikasi mengajak peserta yang terdiri masyarakat Jawa Barat untuk membiasakan empat langkah komunikasi sadar digital: verifikasi informasi, refleksi dampak sebelum membagikan konten, memilah sumber informasi kredibel, dan membangun empati saat berinteraksi di ruang daring.